Aku mestilah bukan yang pertama merespon ceramah Ust. Khalid Basalamah. Bukan semua ceramahnya. Tak lain dan tak bukan adalah ceramah 'lama' beliau mengenai Tsunami yang melanda Aceh, dan pernyataan mengenai sebabnya adalah dosa merata orang Aceh.
Kabarnya itu ceramah lama. Dan dengan menilai kericuhan yang selama ini dihembuskan sekelompok oknum, yang membuat kedamaian beragama di Aceh jadi terganggu, aku merasa perlu waspada.
Sebabnya sangat sederhana teman. Aceh ini sejak masa ditipu pemerintah saat awal kemerdekaan dulu, tak putus dirundung perang. Kisahnya sedih. Karena Aceh sebenarnya sangat mencintai republik bernama Indonesia ini.
Entah ini soal pilkada yang mau datang, atau soal memicu keributan untuk pengalihan isu, atau bahkan mengompori agar ribut antar jama'ah umat Islam (yang seblumnya aman damai bersisian di Aceh), atau bukan tak mungkin ada oknum yang ingin Aceh ribut agar bisa menciptakan konflik senjata lagi. Apapun itu, banyak orang yang mulai curiga, jangan-jangan ada misi untuk meributkan Aceh.
Lalu ada hubungan apa dengan ceramah Ust. Khalid Basalamah, dan untaian kata di atas? Sebenarnya tak ada. Kecuali satu hal, bahwa ceramah beliau sempat menyakiti hati orang Aceh.
Berawal dari satu akun di youtube yang merilis rekaman ceramah beliau. Linknya tak bisa lagi di akses. Ceramah yang indah, nan teduh. Mengingatkan tentang betapa keingkaran kita pada perintah Allah bisa menghadirkan hukumanNya. Ah, nasihat yang memang harus sering diulang sampaikan.
Sayangnya, ada beberapa hal dalam ceramah itu yang, entah karena beliau salah mendapat informasi, maka kacaulah apa yang disampaikan. Jauh dari kenyataan di Aceh, dan tentu saja menyakiti hati orang Aceh.
Bukan membenci, teman. Sama sekali bukan. Pun beliau sudah meminta maaf dan mengajukan protes via youtube pada akun yang merilis ceramah beliau tanpa izin itu. Tapi sayangnya video itu terlanjur tersebar. Tulisan ini adalah upayaku sebagai orang Aceh, untuk menjelaskan kenyataan Aceh yang sebenarnya.
Tsunami karena dosa yang merata di lakukan oleh seluruh orang Aceh. Ah, teman. Aceh bukan daerah suci bebas dosa. Tapi tetap saja, sebagai daerah dengan akar keislaman kuat, sebenarnya masih sangat banyak orang Aceh yang dekat kepada agama. Hanya sebagian kecil yang dengan bangga menjadi ahli maksiat.
Tak perlu aku mengulang apa yang dikatakan beliau dalam ceramahnya itu kata per kata. Cukuplah aku menerangkan bagaimana sebenarnya dibandingkan dengan 'kabar salah' yang beliau terima.
Katanya Orang Aceh tak melaut saat Ramadhan, lalu selepas lebaran, sebelum melaut maka akan mengirim sesajen untuk dewa laut/penjaga laut. Batang pisang dengan ceruk berisi makanan (ayam goreng, dll) dihanyutkan kelaut.
Jujur sejujurnya jujur, teman. Memang di wilayah Aceh Barat dan Aceh Selatan, ada budaya lama khanduri laot, yaitu kenduri ketika musim tertentu, dimana warga nelayan memotong hewan semisal sapi (atau kerbau bila di Aceh Selatan), lalu membuat gulai. Hidangan yang dimakan bersama seluruh warga di tepi pantai. Lalu kepalanya di lemparkan ke laut.
Kurasa, ini budaya lama warisan kebudayaan sebelum Islam memasuki Aceh. Memang masih ada sisa-sia budaya itu bertahan dalam beberapa bagian masyarakat. Tapi hanya di tempat tertentu. Dan banyak yang sudah tidak melakukannya lagi. Di Aceh masih ada ulama, teman.
Tapi soal ayam goreng, dihanyutkan dalam gedebog pisang ke laut. Aku tak pernah tahu. Pun nelayan Aceh tetapmelaut saat Ramadhan. Kalau tak percaya, ini bulan Ramadhan, datang saja ke pasar ikan, memangnya darimana asal ikan-ikan itu. Pun bila tak melaut, bagaiman mereka para nelayan ini akan menghidupi diri. Nah itu satu.
Katanya sebelum tsunami orang-orang berkumpul di pantai-pantai, ada penari striptise, lalu ramai orang menari-nari berlenggak lenggok.
Yang terbayang saat ku dengar itu adalah dua hal. Satu, film-film india dimana penari erotis meliuk-liuk serupa cacing di atas batu panas, lalu ada pria-pria berkumis melintang macam palang pintu dengan guci-guci arak.
Yang kedua adalah pantai yang umumnya tak jauh dari perkampungan dan selalu dalam pengawasan anak muda kampun serta warga. Tak sebebas yang dibayangkan orang seperti pantai di Bali atau Jakarta.
Ada cerita yang beredar tentang berkumpulnya orang di pantai. Daerah seputaran Tibang atau tak jauh dari sebuah situs bersejarah, makan Syiah Kuala, ulama besar di Aceh.
Tapi kabar itu sudah lama patah. Karena banyak yang menanyakan pada tengku yang menjaga makam soal kebenaran kisah, bahwa malam itu ada aksi striptise di dekat situ. Beliau tak menjawab, hanya mengatakan tak melihatnya. Meskipun warga sekitar membenarkan, malam itu ada sekelompok orang perempuan dan laki-laki yang kemping di pantai dan menghidupkan musik menghentak. Tapi soal striptise, menurut warga itu tak ada. Juga kabarnya sebagian mereka pendatang yang ditugaskan ke Aceh, maklum saat itu Aceh masih darurat militer.
Belakangan ada memang cerita yang mengatakan ada, tapi uniknya, warga yang mengatakan ada itu ternyata sebelumnya tak pernah tinggal disitu. Mereka bagian dari pemukin baru yang datang setelah tsunami. Memang warga asli banyak yang menjadi korban tsunami.
Tapi hanya itu, pantai lain tak ada hal-hal semacam itu. Sekali lagi, banyak pantai wisata yang bisa diakses dengan mudah, letaknya tak jauh dari perkampungan warga.
Lalu ini, bagian katanya yang paling menggelikan. Orang Aceh menggunakan ganja sebagai bagian dari masakan, dimana-mana orang menggunakan ganja. Ganja bahkan di tanam di halaman rumah, dan begitu wajarnya ganja, bahkan dikonsumsi dengan dikunyah begitu saja.
Sudah lama teman, ku dengar isu hoax ganja Aceh di sepanjang negeri kita ini. Negeri yang membentang seperti sabuk di khatulistiwa. Tapi ini kabar paling luar biasa yang pernah aku dengar. Saat mendengar di ceramah itu Ust. Khalid mengatakan temannya yang orang Aceh menceritakan begitu. Yang pertama ingin kulakukan adalah bertanya nama temannya dan minta ditunjukkan dimana.
Bolehlah ku katakan, inilah sehoax hoaxnya hoax. Bahkan politisi di negara kita pun tak mampu menciptakan kebohongan seluar biasa ini. Itu, si sumber kabar ini, yang menceritakan pada beliau, mestilah lebih mantap dari politisi kita.
Dalam budaya Aceh, ganja hanyalah salah satu tanaman herba. tak jauh beda dengan daun semangi atau biji andaliman. Herba biasa. Dulunya ganja memang tanaman yang biasa ditemukan di Aceh. Pasalnya sederhana, selain berfunsi sebagai herba, ganja pun tanaman yang sangat berguna dalam pertanian. Sampai digelari linto camplie/lakoe camplie yang artinya tak lain suami cabe. Karena bila dalam sebaris tanaman cabe, ditanamkan sebatang ganja, maka suburlah buah cabe, besar dan sehat lagi bebas hama.
Dulu ganja tak dikeringkan lalu dihisap sebagai rokok. Bukan tak tahu, tapi efek buruknya membuat merokok ganja itu dilarang.
Dan sekarang, setelah ganja ditetapkan sebagai terlarang, maka sulitlah ditemukan ganja di pemukiman warga. Kalaupun ada, itu jauh dipelosok, berfungsi sebagai herba, dan tetap saja, bila ditemukan ada anak menghisap rokok ganja, alamat habis dihajar keluarganya, bikin malu saja.
Lalu soal bumbu masakan, apa yang mesti diributkan sebenarnya. Bukankah sudah dijelaskan, sangat sulit mendapatkan ganja sekarang. Kalau ada, yang digunakan hanya sejumput biji, atau secuil rajangan daun hijaunya. Dan sama sekali tidak memabukkan. Herba yang mengamplifikasikan rasa.
Kalau karena merokok ganja lalu itu memabukkan, bukankah yang memabukkan itu karena digunakan secara salah?
Madu, kamu tahu madu kan. Makanan paling bergizi katanya, bahkan dipuji-puji. Tapi apakah lalu madu diharamkan ketika ternyata ada minuman bernama Mead, olahan minuman beralkohol tertua yang diketahui dalam sejarah umat manusia. Dibuat dari fermentasi madu, yang jejaknya sampai jauh ke masa Babylonia ribuan tahun lalu.
Atau gandum, yang merupakan bahan baku utama Bir. Karena minuman memabukkan itu, dibuat dari fermentasi gandum.
Lalu haramkah, madu dan gandum? Ah sudahlah, temui ustadz terdekat lalu tanyakan ini, penjelasannya akan lebih lengkap.
Lalu bagaimana soal tsunami? Ada penjelasan ilmiah, untuk kenapa Aceh (dan India, Thailand, serta beberapa negara lainnya) yang terkena tsunami 26 Desember 2004. Karena kami tepat dibagian pertemuan dua lempeng bumi. Dan ini bukan tsunami pertama yang menerjang Aceh. Ratusan tahun lalu juga ada. Bahkan para meneliti menemukan bahwa ini adalah siklus rutin sekian ratus tahun.
Tapi sebagai muslim, aku pun percaya bahwa bencana semestinya bermakna lain juga. Teguran dari Allah untuk kami. Ku katakan di awal tulisan, Aceh bukan wilayah bebas dosa. Teguran separah itu bisa jadi terkait banyak hal. Menjawab ceramah ustadz itu semata untuk meluruskan bahwa ada yang salah dalam kabar yang beliau katakan. Bukan mengatakan kami jauh dari dosa.
Kenapa Aceh? Padahal tempat lain ada yang lebih parah. Sederhana, aku percaya kami masih disayang Allah. Dihukum berat sebagai teguran, dan diberi kesempatan memperbaiki diri, dengan luka kehilangan yang harus kami tanggung sampai setiap yang mengalaminya tutup usia. Hukuman itu ada dua, dihantam dengan teguran agar berubah, atau dibiarkan sehingga larut dalam kesalahan sampai kemudian dimusnahkanNya. Aku bersyukur untuk kesempatan kedua.
Bahasanya memang santun.. Tapi namparnya lebih kejam dari pada di hikayatbanda.com wkwkwkw
ReplyDeleteJeeeeeeeh mana ada
DeleteSebenarnya kebiasaan-kebiasaan itu sudah lama ditinggal di sini bang - Aceh Barat.
ReplyDeleteIya, bai. Tapi masih ada yg buat juga sih. Meskipun sudah sangat jarang. Sempat dibahas juga di salah satu forum kemarin itu
DeleteBagikan, biar tidak larut dalam perspective yang salah. 👍
ReplyDeleteMakasih isni, alhamdulillah kalau ada manfaatmya.
DeleteBukan si Ustad belum pernah ke Aceh makanya minim info. mudah2an dia baca blog ini bang
ReplyDeleteHahaha, aamiin. Kami cuma hamba la'eh.
DeleteTulisan yang Luar Biasa. Smoga Membuat kita Ingat akan teguran itu.
ReplyDeleteAda y Unik, pembahasan Ganja, Madu, dan gandum. ^_^
Gara2 sebagian orang sinting y hisap ganja kering untuk mabuk2an, tumbuhan ganja y gk punya salah apa2 jadi hina dimata umat manusia. Padahan tumbuhan itu juga memiliki banyak manfaat
https://www.google.com/search?q=shampoo+ganja&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwib4vnXn7bNAhVFG5QKHVUUBPYQ_AUICCgB#tbm=isch&q=hemp+oil%2C+shampoo%2C
Wallahu a'lam
Begitulah bang Amir Dayyan. Sebenarnya dlm beberapa kebudayaan, tanaman ini malah memiliki banyak manfaat. Dari segi medis, kuliner, dll.
DeleteSaya sedang menyiapkan tulisan mengenai ganja. Semoga nanti berkenan dibaca dan dikomentari :)
Sebagai tambahan, orang Aceh tidak melaut di awal ramadhan, di akhir ramadhan, dan di awal lebaran karena di aceh ada budaya meugang, meugang ini biasanya berlangsung mulai dua hari sebelum ramadhan dan 2 hari sebelum idul fitri (akhir ramadhan), serta 2 hari sebelum idul adha. Pada hari meugang ini rakyat aceh ramai membeli daging sapi dalam jumlah yg banyak, daging sapi ini dimasak dengan berbagai macam masakan, karena daging sapi yg dibeli cukup banyak untuk makan beberapa hari maka selama beberapa hari rakyat aceh jarang yg membeli ikan, makanya nelayan tidak melaut pada hari-hari awal/akhir ramadhan dan awal lebaran. Alasan lainnya nelayan tidak melaut di awal lebaran karena mereka juga merayakan lebaran
ReplyDeleteSabah untuk tambahan melengkapinya kak cut
DeleteSelayaknya Muslim saling memaafkan dan mengingatkan.. Saya harap ustadz bukan hanya mempelajari sebatas ilmu "pembuka dan penutup". Visit to atjceh...
ReplyDeleteMasih ada ulama dan Ambiya di sana untuk memperdalam agama.. Salam sejahtera atas muslim-in man² dum..terimeng geunaseh.
Sdh sepatutnya kita saling memaafkan sesama muslim,tdk ada manusia yg tdk khilaf,Allah saja maha pemaaf kenapa kita tdk. Semoga kita selalu dlm hidayah Allah.
ReplyDeleteInsyaAllah inilah explanation yang paling bijaksana..
ReplyDeleteInsyaAllah inilah explanation yang paling bijaksana..
ReplyDeleteBedebah kafir yahudi yg bernuansa ustan. Telah melakukan fitnah besar besaran buat rakyat aceh.sumber dari mana sibaby fir un itu dapat tentang aceh. .tau pun gak tentang aceh sudah sok berlagu.
ReplyDeleteTadi saya pengagum ust Basalamah, tapi mendengar kata2 beliau tentang Aceh tersinggung saya, untung beliau segera meminta maaf, ya sudah pelajaran bagi beliau utk tdk membuat statment yg tidak bisa dipertanggungjawabkan aamiin..
ReplyDeleteTadi saya pengagum ust Basalamah, tapi mendengar kata2 beliau tentang Aceh tersinggung saya, untung beliau segera meminta maaf, ya sudah pelajaran bagi beliau utk tdk membuat statment yg tidak bisa dipertanggungjawabkan aamiin..
ReplyDelete:) saya juga kaget dan sempat marah pak. Tapi ya begitulah. Rasulullah mengjarkan kita utk memaafkan. Dan beliau sudah meminta maaf. Jadi pembelajaran untuk kita semua.
DeleteCawagub ya? Ku tak setuju aceh di obok obok
ReplyDeletehttp://regional.kompas.com/read/2015/03/05/20444931/Ungkapan.Syukur.Nelayan.Meulaboh.Lepas.7.Sesajen.ke.Laut
ReplyDeletehttps://www.youtube.com/watch?v=h9GxQV7vBgY
Seperti yg saya tuliskan, Aceh bukan tanah bebas dosa. Dan masih ada satu dua yang melakukan hal2 yang seperti itu.
DeletePara ulamaa juga sudah menegur kejadian tahun 2015 itu. Tapi apakah semua nelayan Aceh seperti itu? Jauh lebih banyak yang tidak melakukan hal itu.
Misalkan begini saya. Di jawa seorang pencuri dibakar hidup2. Apakah berarti boleh kita katakan semua orang jawa bersikap begitu? Tidak kan :)
Terima kasih sudah berbagi kabar.
Apapun namanya, ini tetap tamparan 12 pass..
ReplyDeleteHahaha
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletetulisan yang bijak dari seorang muslim...inilah ukhuwah, memaafkan muslim lainnya yg khilaf..
ReplyDelete